Rabu, 30 Mei 2012

Hubungan Antara Tes Diagnostik, Tes Formatif dan Sumatif



Aspek
Tes Diagnostik
Tes Formatif
Tes Sumatif
Ditinjau dari fungsinya
Menentukan apakah bahan prasyarat sudah dikuasai atau belum

Menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang dipelajari

Memisah-misahkan (mengelompokkan) siswa berdasarkan kemampuan dalam menerima pelajaran yang akan dipelajari

Menentukan kesulitan belajar siswa dan cara mengatasinya

Sebagai balikan bagi siswa, guru, maupun program untuk mengevaluasi pelaksanaan satu unit program
Untuk memberikan tanda kepada siswa bahwa telah mengikuti suatu program, serta menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan kawannya.
Ditinjau dari waktu
Pada waktu penyaringan calon siswa

Pada waktu membagi kelas atau permulaan memberikan pelajaran

Selama pelajaran berlangsung bila guru akan memberikan bantuan kepada siswa
Selama pengajaran berlangsung untuk mengetahui kekurangan agar pelajaran dapat berlangsung sebaik-baiknya.
Pada akhir unit pelajaran caturwulan, semester, akhir tahun, akhir program.
Ditinjau dari titik berat penilaian
Tingkah laku kognitif, afektif, dan psikomotorik

Faktor-faktor fisik, psikologik, dan lingkungan
Menekankan pada tingkah laku kognitif.
Pada umumnya menekankan  pada tingkah laku kognitif tapi ada kalanya pada tingkah laku psikomotorik dan kadang-kadang segi afektif.
Ditinjau dari alat evaluasi
Tes prestasi belajar yang sudah distandardisasikan

Tes diagnostik yang sudah distandardisasikan

Tes buatan guru

Pengamatan dan daftar
Tes prestasi belajar yang tersusun secara baik.
Tes ujian akhir
Ditinjau dari cara memilih  tujuan yang dievaluasi
Memilih tiap-tiap keterampilan prasyarat

Memilih tujuan setiap program pelajaran secara berimbang

Memilih yang berhubungan  dengan tingkah laku fisik, mental, dan perasaan
Mengukur semua tujuan instruksional khusus
Mengukur tujuan instruksional umum
Ditinjau dari tingkat kesulitan tes
Untuk tes diagnostik mengukur keterampilan dasar, diambil banyak soal tes yang mudah, indeks kesukaran minimal 0,65
Belum dapat ditentukan
Rata-rata mempunyai indeks kesukaran antara 0,35 sampai 0,70. Ditambah beberapa lagi soal yang sangat sukar.
Ditinjau dari pemberian skor
Menggunakan standar relatif
Menggunakan standar mutlak
Kebanyakan menggunakan standar relatif atau norma kombinasi antara standar mutlak dan relatif
Ditinjau dari tingkat pencapaian
Untuk tes diagnostik yang sifatnya memonitor kemajuan, tingkat pencapaian yang diperoleh siswa merupakan informasi tentang keberhasilannya. Tindakan guru selanjutnya adalah menyesuaikan dengan tes diagnostik.

Tes prasyarat adalah tes diagnostik yang sifatnya khusus. Fungsinya adalah penguasaan bahan prasyarat. Tingkat penguasaan dituntut 100%.
Tingkat pencapaian adalah 75%. Siswa yang belum mencapai tingkat penguasaan 75% diwajibkan mengikuti kegiatan perbaikan
Tidak diperlakukan adanya batas tingkat penguasaan karena ditunjukan untuk menentukan kedudukan siswa dalam kelompoknya, penentuan kelulusan atau kenaikan kelas
Ditinjau dari cara pencatatan hasil 
Dicatat dan dilaporkan dalam bentuk profil
Prestasi tiap siswa dilaporkan dalam bentuk catatan berhasil atau gagal menguasai tugas.
Keseluruhan atau sebagian skor dari tujuan yang dicapai.

MACAM ALAT EVALUASI MENURUT PEMBUATNYA


Ditinjau dari pembuatnya, alat evaluasi dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu Alat Evaluasi Buatan Guru dan Alat Evaluasi Terstandar.
1)      Alat Evaluasi Buatan Guru
Telah  diungkapkan sebelumnya bahwa salah satu komponen satuan pelajaran yang harus dibuat guru sebelum mengajar  adalah alat evaluasi, dalam hal ini berupa tes (kognitif). Tes tersebut termasuk ke dalam jenis alat evaluasi  yang dibuat oleh guru. Tes lain yang biasanya dibuat oleh guru tes akhir semester.  Alat evaluasi yang dapat dibuat oleh guru tidak terbatas bidang afektif. Dengan demikian alat evaluasi buatan guru adalh alat evaluasi yang sengaja dibuat oleh guru, baik tes maupun non-tes, yang dipergunakan untuk mengukur hasil belajar siswa dalam daerah kognitif, afektif, atau psikomotorik.

Ciri-ciri alat evaluasi buatan guru antara lain:
a.       Evaluasi (tes) buatan guru disusun berdasarkan atas bahn dan tujuan instruksional khusus (TIK) yang telah dirumuskan oleh guru dalam satuan pelajaran untuk kelas yang diajar oleh guru tersebut.
b.      Ruang lingkup evaluasi tersebut menyangkut pengetahuan atau keterampilan yang (relatif) sempit.
c.       Biasanya disusun oleh guru yang bersangkutan atau beberapa orang guru dalam bidang studi yang sama.
d.      Soal evaluasi jarang diujicobakan terlebih dahulu.
e.       Evaluasi ditujukan kepada siswa dalam kelompok yang terbats yang diajar oleh guru (guru-guru) tersebut.
Kegunaan  tes buatan guru antara lain bisa untuk menentukan penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajarinya dalam waktu tertentu, pengecekan tercapainya TIK,mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan bimbingan, dan menentukan nilai siswa sebagai cermin prestasi belajarnya.

2) Alat Evaluasi Terstandar

Alat evaluasi terstandar atau alat evaluasi yang dibakukan (standardized) adalah alat evaluasi yang kualitasnya terjamin sehingga hasilnya mencerminkan keadaan kemampuan testi sebenarnya. Alat evaluasi ini derajat validitas dan reliabilitasnya memadai (tinggi). Begitu pula daya pembeda, tingkat pembeda, tingkat kesukaran, dan efektivitasnya memenuhi criteria kualitas soal evaluasi yang baik.
Suatu alat evaluasi terstandar sebelumnya telah melalui serangkaian uji-coba (try-out), analisis, dan revisi sehingga menghasilkan alat evaluasi yang benar-benar baik. Alat evaluasi ini biasanya dibuat khusus oleh para ahli (pakar) dalam disiplin ilmu masing-masing. Contoh alat evaluasi yang sudah terstandar adalah alat evaluasi yang sudah diujikan oleh para ahli psikologi (psikolog), misalnya Tes Intelegensi, Tes Bakat, dan Tes Minat. Tes ini sifatnya rahasia karena pelaksanaan dan pengolahan datanya tidak dapat dilaksanakan oleh orang lain yang bukan ahlinya. Materi tes ini mencakup hal-hal yang sifatnya pengetahuan umum yang memerlukan pola berpikir logic dan spontanitas.
Sampai saat ini alat evaluasi untuk matematika belum ada yang sudah dibakukan, baik tes (kognitif dan psikomotorik) maupun non tes (afektif), namun demikian tidak berarti semua alat evaluasi matematika tidak ada yang baik. Pada bagian lain buku ini akan dibicarakan mengenai cara penyusunan dan pembuatan alat evaluasi (tes dan non-tes) yang berkenaan dengan kualitasnya sehingga minimal mendekati kriteria kualitas soal yang baik. Pembicaraan mengenai hal ini akan dibahas secara teoretik melalui contoh-contoh dan analisisnya, latihan penyusunan dan pembuatan alat evaluasi dan diskusinya, serta uji-coba di lapangan untuk alat evaluasi yang telah dibuat.
Dari uraian di atas, alat evaluasi terstandar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Didasarkan atas bahan dan tujuan yang lebih luas ruang lingkupnya daripada tes buatan guru
b.      Disusun oleh para ahli dan biasanya merupakan tim
c.       Melalui serangkaian uji-coba sehingga criteria alat evaluasi yang baik dapat dipenuhi
d.      Prosedur yang ditempuh  biasanya adalah penyusunan pertimbangan (judgement), uji-coba, analisis, revisi, dan pengeditan.

JENIS ALAT EVALUASI (TEKNIK TES)


Pembicaraan mengenai teknik tes ini kita mulai dengan pengertian tes itu sendiri sehingga dapat dibedakan antara tes dan non-tes yang telah dibicarakan terlebih dahulu. Sesuai dengan judul buku ini, pengertian tes ini kita batasi dalam ruang lingkup pendidikan, khususnya pendidikan matematika.
Istilah tes barasal dari kata “testum” yang diambil dari bahasa Prancis kuno yang berati piring yang digunakan untuk memisahkan (mendulang) logam mulia dari pasir dan tanah. Ada beberapa pengertian tes yang dikemukakan oleh pakar pendidikan. Indrakusumah (1975:27) menyatakan bahwa tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematik dan objektif untuk memperoleh data atau keterangan tentang seseorang, dengan cara yang bolehdikatakan tepat  dan cepat. Sedangkan Muchtar Buchori (1967) menyatakan bahwa tes adalah suatu percobaan yang dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak adanya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seeorang atau kelompok siswa. Dalam Webster’s Collegiate dinyatakan bahwa tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Anderson (1976:425) menyebutkan bahwa tes adalah evaluasi menyeluruh terhadap seseorang atau kelompok.
Dari kutipan-kutipan tersebut dapat kita terapkan pada pengajaran matematika, yaitu bahwa tes matematika adalah alat pengumpul informasi tentang hasil belajar matematika. Alat tes tersebut berupa pertanyaan atau kumpulan pertanyaan atau perintah yang biasa dimulai dengan kata Apa, Berapa, Bagaimana, Mengapa, Tunjukan, Buktikan, Cari, Tentukan, Hitung, Selesaikan, Sederhanakan, Jabarkan, Lukislah, Gambarkan, dan sebagainya.
Pengertian lain yang berkenaan dengan kata “tes”  adalah testing, yaitu saat pelaksanaan tes dilakukan atau pelaksanaan tes. Testi (testee) atau tercoba yaitu responden (orang) yang mengerjakan atau menjawab tes tersebut , disebut juga peserta tes. Sedangkan tester atau penguji adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan tes tersebut. Orang ini bisa menjadi pembuat tes, pelaksana tes, atau pemeriksa dan pengolah data hasil tes.
 Teknik tes atau cara melaksanakan tes dapat digolongkan ke dalam 3 cara, yaitu:
1.      Tes tertulis
2.      Tes lisan, dan
3.      Tes perbuatan
Ketiga macam teknik tes tersebut perbadaannya dititikberatkan pada segi cara menjawabnya, bukan dari cara menyajikan atau memberikan tes itu. Jadi orientasinya adalah tes, bukan instrument tes atau tester.
Dalam tes tertulis, testi menjawab tes tersebut secara tertulis pada lembar pekerjaan atau lembar jawaban. Instrument tes disampaikan secara lisan atau tertulis tidak menjadi masalah. Tes tertulis sangat bermanfaat untuk mengetahui kemahiran testi dalam teknik menulis yang benar, menyusun kalimat dalam kaidah bahasa yan baik dan benar secara efisien, mengungkapkan buah pikiran melalui bahasa tulisan dengan kata-kata sendiri. Biasanya dalam pelaksanaan tes tertulis ini soal pun disajikan melalui media tulisan, baik itu media cetak atau stensilan, ditulis di papan tulis, atau menggunakan media visual seperti OHP. Dalam tes matematika, soal yang memerlukan jawaban secara terinci seperti menyelasaikan persamaan, membuktikan, melukis sketsa akan tetap jika dilakukan dengan melalui tes tertulis. Pada umumnya tes matematika secara tertulis dilakukan pada akhir pelajaran, akhir kegiatan belajar mengajar pada suatu pelajaran, atau pada akhir semester.
Dalam tes lisan, jawaban diberikan oleh testi dalam bentuk ungkapan lisan. Instrument yang digunakan bisa saja disajikan dalam bentuk tulisan bisa pula dalam bentuk lisan. Pada umumnya tes lisan berbentuk Tanya jawab langsung secara lisan antara tester dengan testi. Tes lisan ini sangat berguna bagi siswa untuk melatih diri dalam mengungkapkan pendapat atau buah pikirannya secara lisan danmengembangkan kemampuan berbicara. Tes lisan yang diberikan secara teratur akan membuat siswa percaya diri, berani, dan mampu berbicara di depan orang banyak, dan berlatih berpikir secara spontan. Dalam kegiatan belajar mengajar matematika, tes lisan seringkali dilaksanakan sebelum dan selama proses kegiatan tersebut berlangsung. Hal ini dimaksudkan terutama untuk mengetahui kesiapan belajar siswa dan mengecek daya serap siswa terhadap materi yang diberikan pada saat itu.
Tes perbuatan menuntut testi untuk melakukan tertentu, tidak cukup dikatakan atau dituliskan untuk menjawab tes tersebut. Tes perbuatan diberikan dalam bentuk tugas atau latian yang harus diselesaikan secara individual atau kelompok. Dalam kegitan belajar mengajar matematika, tes perbuatan bisa berupa meragakan apakah suatu bngun datar merupakan jarring-jaring kubus atau bukan, menggambarkan suatu bangun ruang dan menunjukan semua bidang diagonal serta diagonal bidangnya, membuat lukisan dengan menggunakan jangka, mistar, dan busur derajat dan sebagainya.