Teknik non-tes biasanya digunakan untuk
mengevaluasi bidang afektif atau
psikomotorik. Hal ini bisa dilakukan dengan cara seperti berikut ini.
a. Angket
(Questionaire)
Angket adalah sebuah daftar pertanyaan atau pernyataan yang harus diiisi
oleh orang yang akan dievaluasi (responden). Angket berfungsi sebagai alat
pengumpul data. Data tersebut berupa keadaan atau data diri, pengalaman,
pengetahuan, sikap, pendapat mengenai suatu hal. Dalam kegiatan evaluasi
pendidikan yang menjadi responden adalah siswa, guru, kepala sekolah, atau
petugas pendidikan lainnya. Angket tidak dimaksudkan untuk menguji responden,
tetapi lebih mengutamakan pencarian atau pengungkapan dari responden.
Angket sering digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif. Angket
dapat berupa dapat berupa pilihan ganda dan dapat pula berbentuk skala sikap. Menurut
jenisnya angket terbagi atas beberapa macam. Menurut kebebasan responden dalam
memberikan jawaban, angket terbagi atas:
1)
Angket Terbuka
Angket terbuka adalah angket yang disusun sedemikian rupa sehingga
responden bebas mengemukakan pendapatnya karena memang tidak disediakan
jawabannya untuk dipilih. Keterangan jawaban pengisi belum terperinci dengan
jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam. Angket terbuka juga digunakan untuk meminta pendapat
seseorang.
Contoh:
Agar
siswa lebih memahami materi pelajaran yang disampaikan, guru perlu
mempergunakan media pembelajaran dan alat peraga yang sesuai dengan materi.
Bagaimana pendapat anda mengenai hal tersebut?
Jawab:…………………….
2)
Angket Tertutup
Angket tertutup adalah angket yang disusun dengan menyediakan pilihan
jawaban lengkap sehingga responden hanya tinggal memberi tanda pada jawaban
yang dipilih.
Contoh:
1. Apakah
anda menyukai pelajaran matematika?
a. Ya
b. Tidak
2. Saya
… mengulang pelajaran yang telah diberikan di sekolah.
a. Selalu
b. Sering
c. Pernah
d. Tidak
pernah
3. Saya
senang menjawab soal-soal matematika untuk mengisi waktu luang.
a. Sangat
setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang
setuju
e. Tidak
setuju
4. Apakah
anda mengerjakan pekerjaan rumah atau tugas yang diberikan oleh guru anda?
a. Ya
b. Tidak
5. Saya
ingin jam pelajaran matematika ditambah.
a. Sangat
setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Kurang
setuju
e. Tidak
setuju
Bila
klasifikasi angket didasarkan atas hubungan
antara responden dengan jawaban yang diberikan, angket dapat digolongkan
atas:
1)
Angket Langsung
Pada angket langsung teresponden diminta menjawab
angket tersebut mengenai informasi atau keterangan yang berkenaan dengan data
dirinya sendiri.
2)
Angket Tak
Langsung
Pada angket tak langsung, jawaban yang diminta
berkenaan dengan keterangan atau informasi di luar diri responden. Angket tak
langsung biasanya digunakan untuk mencari informasi tentang bawahan, anak,
saudara atau siswa.
Dari
jenis angket di atas ada 4 jenis yang berlainan sebagai hasil perpaduan dari
masing-masing jenis, yaitu sebagai berikut:
1)
Angket terbuka
langsung
2)
Angket terbuka
tak langsung
3)
Angket tertutup
langsung
4)
Angket tertutup
tak langsung
Dilihat dari bentuk konstruksi pertanyaan, angket
terbuka dan tertutup dapat diuraikan lagi menjadi beberapa macam. Angket jenis
tertutup biasanya mempunyai jenis item pertanyaan-pertanyaan bentuk ya
atau tidak, pilihan ganda, skala bertingkat (rating scale), bentuk daftar cek (checklist). Pada angket terbuka mempunyai dua kemungkinan jawaban
dalam itemnya, yakni bentuk pengisian jawaban singkat dan pengisian jawaban
terurai. Perhatikan skema berikut ini.
Angket sebagai instrumen evaluasi mempunyai beberapa keunggulan-keunggulan
yang dapat dipetik dengan menggunakan angket adalah:
1) Biaya relatif murah
Bila ingin mengetahui informasi atau data pada sejumlah responden yang
cukup banyak dan tempatnya tersebar, kita dapat mengumpulkan data yang dimaksud
secara serentak dan efisien dengan menggunakan angket. Angket dibuat kemudian
disebarkan, bisa oleh kita sendiri, oleh orang lain, atau melalui pos. dengan
demikian biaya akan bisa ditekan minimal daripada mendatangi sendiri setiap
responden.
2) Penyebar angket tdak perlu ahli dalam bidangnya
Penyebar angket lebih berfungsi sebagai penyebar semata-mata. Tidak
perlu orang yang mempunyai keahlian, sehingga orang yang diperlukan mudah
dicari.
Beberapa kelemahan penggunaan angket
di antaranya adalah:
1)
Angket hanya
disebarkan untuk responden yang tidak buta huruf
Bagi responden yang tidak mampu baca-tulis atau tidak
mengerti materi yang ditanyakan, angket sulit untuk dilaksanakan. Angket tidak
mampu menjelaskan keraguan responden dalam mengisi jawaban ataupun bila
responden ingin mengetahui pokok permasalahan yang sebenarnya ingin diketahui
oleh pembuat angket itu. Sebagai contoh, bila respondennya masih di sekolah
dasar dengan kelas rendah, tetulah penyebaran angket tidak dapat dilakukan.
2)
Angket yang baik
dan sukar disusun
Membuat angket yang tepat, mudah dipahami responden,
isinya tidak menyimpang dengan informasi yang dikehendaki bukanlah merupakan
pekerjaan yang mudah. Seringkali angket ditafsirkan salh oleh responden. Pada
angket yang sulit diisi, umumnya responden sendiri kurang yakin dengan apa yang
diisikannya. Hal ini mengakibatkan data yang diperoleh tidak sesuai lagi dengan
kenyataan sebenarnya.
b. Wawancara
(Interview)
Wawancara (interview) merupakan
teknik non-tes secara lisan. Wawancara
adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari
responden dengan jalan tanya-jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam
wawancara ini responden tidak diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan.
Pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi. Pertanyaan yang diungkapkan umumnya menyangkut
segi-segi sikap dan
keperibadian siswa dalam proses belajarnya. Teknik ini dilakukan secara
langsung dan dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan penilaian bagi siswa.
Dalam
rangka kegiatan belajar mengajar, wawancara dapat dibagi menjadi 3 macam,
yaitu:
1. Wawancara
Diagnostik
Wawancara
diagnostik ditujukan untuk mencari data tentang letak, sifat, dan jenis
kesulitan belajar yang dialami siswa. Data ini amat berguna untuk dijadikan
bahan perbaikan bagi pengajar secara umum dan bantuan individual pada siswa
yang besangkutan. Hal yang diwawancarakan dalam jenis ini bukan hanya bakat dan
kemampuan, juga tentang sikap, pendapat, dan pengalaman pda diri siswa.
2. Wawancara
Survei
Wawancara
survei merupakan teknik
pengumpulan data dari seorang sisiwa atau sekelompok siswa yang dimaksudkan
untuk masukan tentang suatu hal, peristiwa, atau pengalaman yang mungkin
diketahui siswa tersebut. Dengan melakukan wawancara ini, guru akan mengetahui
tentang tanggapan dan keinginan siswa serta masalah lain, bai yang bersifat
akademik maupun non-akademik.
3. Wawancara
Penyembuhan
Wawancara
penyembuhan dimaksudkan untuk memberikan upaya bantuan kepada siswa sehingga
siswa yang diwawancarai tidak mengalami kesulitan belajar. Wawancara ini bukan
sekedar melontarkan pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa, namun mengandung
pula sejumlah saran dan pemecahan sebagai jalan keluar dari kesulitan yang
dihadapi siswa.
Ada dua jenis wawancara yang dapt
dipergunakn sebagi alt evaluasi, yaitu:
1.
Wawancara
Bebas
Wawancara yang dilakukan dimana responden
mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh
patokan-patokan yang telah dibuat oleh subjek evaluasi.
2.
Wawancara
Terpimpin
Wawancara yang dilakukan oleh subjek dengan
cara mengajukan pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu. Jadi dalam hal
ini responden pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah
dipersiapkan oleh penanya. Pertanyaan itu kadang-kadang bersifat sebagai yang memimpin,
mengarahkan, dan penjawab sudah dipimpin oleh daftar cocok sehingga dalam
menuliskan jawaban, ia tinggal membubuhkan tanda cocok di tempat yang sesuai
dengan keadaan responden.
Ada beberapa kelebihan teknik wawancara
yaitu:
1.
Dengan
wawancara, pewawancara sebagai evaluator (dalam hal ini guru, dosen, dan
lain-lain) dapat melakukan kontak langsung dengan peserta didik yang akan
dinilai sehingga dapt diperoleh hasil penilaian yang lebih lengkap dan
mendalam.
2.
Melalui
wawancara, data dapat diperoleh baik dalam bentuk kualitatif maupun
kuantitatif. Pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas dapat diulang dan
dijelaskan lagi dan sebaliknya jawaban-jawaban yang belum jelas dapat diminta
lagi dengan lebih terarah dan lebih bermakna, asalkan tidak mempengaruhi atau
mengarahkan jawaban peserta didik.
Adapun kelemahan teknik wawancara yaitu:
1.
Memerlukan
waktu yang cukup banyak untuk mewawancarai responden yang jumlahnya banyak.
2.
Tidak
dapat mengumpulkan data secara serentak dalam waktu yang sama.
Wawancara juga
dapat dilengkapi dengan alat bantu berupa tape-recorder
(alat perekam suara) sehingga jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan dapat dicatat secara lebih lengkap. Penggunaan pedoman wawancara dan
alat bantu perekam suara itu akan membantu pewawancara dalam mengategorikan
menganalisis jawaban-jawaban yang diberikan oleh peserta didik untuk pada
akhirnya dapat ditarik simpulannya.
c. Observasi
(Pengamatan)
Observasi adalah suatu teknik
evaluasi non-tes yang dilakukan denagn
caara mengadakan pengamatan secar teliti serta pencatatan secara sistematis
tentang sikap dan kepribadian siswa dalam kegiatan belajarnya. Observasi
dilakukan dengan mengamati kegiatan dan perilaku siswa secara langsung. Data
yang diperoleh dijadikan bahan evaluasi. Data ini bersifat relatif, karena
dapat dipengaruhi oleh keadaan dan subjektivitas
pengamat.
Ada tiga macam observasi, yaitu:
1.
Observasi
Partisipan
Yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat
dimana pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kleompok yang sedang diamati. Dalam
hal ini, pendidik yang melakukan penilaian melibatkan diri di tengah-tengah
kegiatan peserta didik yang diamati tingkah lakunya.
2.
Observasi
Sistematik
Yaitu observasi dimana faktor-faktor yang
diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya.
Berbeda dengan observasi partisipan, dalam observasi sistematik ini pengamat
berada di luar kelompok.
3.
Observasi
Eksperimental
Observasi eksperimental terjadi jika
pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini dapat mengendalikan
unsur-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi itu diatur
sesuai dengan tujuan evaluasi. Pada observasi eksperimental dimana tingkah laku
yang diharapkan muncul karena peserta didik dikenai perlakuan atau kondisi
tertentu.
Penilaian atau evaluasi hasil belajar yang
dilaksanakan dengan melakukan observasi memiliki kelebihan sebagai berikut.
1.
Data
observasi itu diperoleh secara lansung di lapangan, yakni dengan jalan melihat
dan mengamati kegiatan atau ekspresi peserta didik di dalam melakukan sesuatu
sehingga dengan demikian data tersebut dapat lebih bersifat objektif dalam
melukiskan aspek-aspek kepribadian peserta didik menurut keadaan yang
senyatanya.
2.
Data
hasil observasi dapat mencakup berbagai aspek kepribadian masing-masing individu
peserta didik. Dengan demikian, dalam pengolahannya tidak berat sebelah atau
hanya menekankan pada satu segi saja dari kecakapan atau prestasi belajar
mereka.
Adapun kelemahannya yaitu:
1.
Observasi
sebagai salah satu alat evaluasi hasil belajar tidak selalu dapt dilakukan dengan baik dan benar
oleh pendidik. Guru yang kurang memiliki kecakapan atau keterampilan dalam
melakukan observasi maka hasil obsrvasinya menjadi kurang dapat diyakini benar.
2.
Kepribadian
dari observer atau evaluator juga sering masuk ke dalam penilaian yang
dilakukan dengan cara observasi. Prasangka-prasangka yang mungkin melekat pada
diri observer dapat mengakibatkan sulit dipisahkan secara tegas mengenai
tingkah laku peserta didik yang diamati.
3.
Data
yang diperoleh dari kegiatan observasi umumnya baru dapat mengungkap “kulit
luar”nya saja. Adapun apa-apa yang sesungguhnya terjadi di balik hasil pengamat
itu belum dapat diungkap secara tuntas hanya dengan observasi saja.
D.
Inventori(Inventory)
Inventori pada hakekatnya tidak
banyak berbeda dengan angket. Inventori mengandung sejumlah pertanyaan yang
tersusun dalam krangka mengetahui tentang sikap, pendapat dan perasaan siswa
terhadap kegiatan proses penyelenggaraan belajar mengajar. Data sebagai
informasi umumnya telah disediakan dalam bentuk pilihan ganda, yang harus
dipilih oleh siswa. Inventori juga disebut Unstructured
Questionare.
E.
Daftar Cek (Cheklist) dan Daftar Skala Bertingkat(Ratting Scale)
Bila kita melakukan tes secara
tertulis dan secara lisan, maka berarti kita hanya mengukur kemampuan siswa
dalam daerah kognitif saja. Sistem secara teratulis (pencil & paper test)
seperti itu tidaklah mungkin dapat mengungkapkan kemampuan siswa dalam hal
keterampilan, yang masih merupakan perubahan tingkah laku yang harus mendapat
perhatian. Demikian pula perubahan tingkah laku dalam hal sikap, minat,
kebiasaan, dan penyesuaian diri [erlu mendapat perhatian yang tidak dpat
diungkapkan hanya tes lisan dan tulisan. Oleh karena itui perlu tes lain, yaitu
tes perbuatan. Yang dimaksud dengan daftar cek adalah sederetan pertanyaan yang
dijawab oleh responden dengan membubuhkan tanda cek (√) pada tempat yang sudah
disediakan. Sedangkan skala bertingkat adalah sejenis daftar cek dengan
kemungkinan jawaban terurut menurut tingkatan atau hirarki.
Contoh:
PERNYATAAN
|
PENDAPAT
|
|||
A
|
B
|
C
|
D
|
|
Ketertarikan
siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaranmatematika
|
|
|
|
|
Ketertarikan
siswa untuk menanyakan permasalahan yang dihadapi
|
|
|
|
|
Kemampuan
siswa menyelesaikan latihan yang diberikan
|
|
|
|
|
Kemampuan
siswa menarik kesimpulan dari
pembelajaran yang diajarkan
|
|
|
|
|
Keterangan:
A
: Sangat
baik
B : Baik
C : Cukup
D : Kurang
f. Riwayat Hidup
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan
seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup,
subjek evaluasi akan dapat menarik suatu simpulan tentang kepribadian,
kebiasaan, dan sikap dari objek yang dinilai.
Teknik non-tes yang telah dibicarakan di muka, sebagai
pelengkap evaluasi teknik tes dalam mengungkapkan hasil belajar siswa, bisa
mencakup hal-hal berikut:
Tabel 1
Hasil Belajar
yang Perlu Dievaluasi Melalui Teknik Non-tes
No
|
Hasil
Belajar
|
Tingkah
Laku yang Perlu Dievaluasi
|
1
|
Keterampilan
|
Berbicara,
menulis, kegiatan eksperimen, bekerja, keterampilan belajar dan sebagainya.
|
2
|
Kebiasaan-kebiasaan
dalam belajar
|
Efektivitas
dalam merencakan, menggunakan waktu, menggunakan alat, penampilan sifat-sifat
yang berupa inisiatif, kreatif, dan sebagainya.
|
3
|
Sikap
sosial
|
Rasa
menaruh perhatian terhadap orang lain, respek terhadap hukum/aturan, respek
terhadap milik orang lain, dan sebagainya.
|
4
|
Sikap
ilmiah
|
Sikap
keterbukaan, mau menangguhkan pertimbangan, rasa sensitive terhadap hubungan
sebab akibat, perasaan dan sikap inkuiri, dan sebagainya.
|
5
|
Minat
|
Minat
terhadap berbagai aktivitas seperti pendidikan, mekanik, ilmiah, sosial,
rekreasi, kejuruan dan sebagainya.
|
6
|
Apresiasi
|
Rasa
puas dan kesenangan terhadap alam, musik, seni, literatur, keterampilan
fisik, konstribusi sosial, dan sebagainya.
|
7
|
Penyesuaian
|
Hubungan
dengan kelompok sesamanya, reaksi terhadap penguasa, penyesuaian sosial, dan
kemantapan emosi.
|
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSama ;)
BalasHapusterimakasih postingan ini sangat membantu
BalasHapus