Untuk
mendapat gambaran mengenai bagaimana sebaiknya melaksanakan pembelajaran
matematika, perlu kiranya dikaji terlebih dahulu hakikat dari belajar
matematika. NSW (New South Wales) Department of Education, 1989 mengemukakan 5 hal
yaitu: (1) siswa akan belajar dengan baik kalau mereka termotivasi, (2) siswa
belajar matematika lewat interaksi, (3) siswa harus belajar matematika lewat
investigasi, (4) siswa belajar matematika lewat bahasa, dan (5) siswa belajar
matematika sebagai individu, namun tetap dalam konteks perkembangan
intelektual, fisik, dan sosial. Kelima hal tersebut akan diuraikan sebagai
berikut.
a.
Siswa
akan belajar dengan baik kalau mereka termotivasi
Belajar matematika
itu akan lebih efektif apabila matematika itu menarik, menyenangkan, menantang,
disamping dapat menumbuhkan rasa ingin tahu serta dapat memberikan keterampilan
untuk memecahkan masalah. Dalam pembelajaran hendaknya dapat menimbulkan rasa
ingin tahu, disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa, dan dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari sehingga siswa menyadari akan kegunaan dari matematika. Selain
itu siswa hendaknya diupayakan senantiasa merasa berhasil dalam belajar
sehingga timbul sikap positif terhadap matematika itu sendiri. Guru juga
hendaknya berupaya untuk menumbuhkan motivasi siswa untuk mengikuti
pembelajaran karena tanpa ada motivasi dari siswa, pembelajaran tidak akan
berlangsung dengan baik. Adanya motivasi yang baik akan memberikan hasil yang
baik dalam belajar. Motivasi siswa dalam pembelajaran dapat ditumbuhkan dengan
senantiasa memberikan kegiatan yang menarik dan berguna bagi siswa, selalu
memberikan pujian dan hadiah terhadap keberhasilan siswa, serta membuat siswa
menyadari akan kegunaan matematika baik dalam pemecahan masalah matematika
maupun dalam kehidupan sehari-hari.
b.
Siswa belajar matematika lewat
interaksi
Pembelajaran matematika hendaknya melibatkan
interaksi siswa baik dengan lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Hal ini
akan mempermudah proses abstraksi yang diperoleh siswa terhadap ide-ide dalam
matematika. Terjadinya interaksi dengan berbagai objek konkret (lingkungan
fisik) serta terjadinya interaksi sosial diantara para siswa maupun siswa
dengan guru akan mempermudah proses abstraksi pada diri siswa sehingga para
siswa akan memiliki pemahaman yang lebih baik.
c.
Siswa
harus belajar matematika lewat investigasi
Pembelajaran
matematika hendaknya melibatkan investigasi mengenai pola, hubungan, serta
proses. Implikasinya adalah siswa harus diberikan kesempatan untuk menemukan
dan mendesain pola serta mendeskripsikan dan mencatat hubungan yang ada dalam
pola tersebut. Kesempatan untuk menggunakan proses matematis dalam memecahkan
masalah hendaknya diupayakan ada dalam semua kegiatan pembelajaran matematika.
Siswa hendaknya diberikan kesempatan untuk berupaya menemukan sendiri berbagai
konsep matematika yang sedang dipelajari. Guru juga hendaknya tidak langsung
memberitahu kepada siswa, tetapi lebih banyak memberikan pertanyaan-pertanyaan
arahan yang memungkinkan siswa sampai kepada konsep yang mesti dipahaminya.
d.
Siswa belajar matematika lewat
bahasa
Pembelajaran matematika hendaknya memperhatikan
penggunaan bahasa secara tepat. Bahasa memegang peran penting dalam
memformulasikan konsep-konsep serta sebagai jembatan antara keadaan konkret
dengan keadaan abstrak. Implikasinya dalam pembelajaran adalah bahwa kegiatan
matematika hendaknya dipandang sebagai kesempatan bagi guru dan siswa untuk
menggunakan dan mengembangkan bahasa. Dalam proses pembelajaran, siswa
hendaknya diberikan kesempatan untuk menggunakan bahasa lewat kegiatan
mengkomunikasikan hasil belajarnya, baik kepada guru maupun kepada temannya, sehingga
siswa benar-benar dapat memahami makna bahasa terutama bahasa simbol yang
banyak digunakan dalam matematika. Guru juga hendaknya memahami pola bahasa
yang tepat bagi berbagai proses matematika, dan siswa harus diarahkan untuk
menggunakan bahasa baik secara lisan maupun tertulis sehingga mendapatkan
pemahaman yang tepat terhadap materi matematika lewat pengalaman belajar
matematika yang diikuti. Siswa juga perlu diarahkan untuk memahami bahasa
simbolik yang ada dalam matematika. Dalam hal ini siswa perlu diarahkan agar
mereka biasa mengenal berbagai makna simbol-simbol dalam matematika sebagai
suatu unsur bahasa.
e.
Siswa belajar matematika sebagai
individu, namun tetap dalam konteks perkembangan intelektual, fisik, dan sosial
Pembelajaran matematika hendaknya memperhatikan
perbedaan individu siswa, dan hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan
siswa. NSW menjelaskan bahwa keterlibatan siswa dalam memanipulasi benda
konkret, dan penggunaan bahasa yang didasarkan atas lingkungan dan budaya siswa
perlu diperhatikan oleh guru. Dengan kata lain, siswa hendaknya diberi
kesempatan untuk mengkonstruksi pengetahuan matematika lewat pembelajaran.
Reys, et al (1998) mengatakan siswa akan belajar matematika dengan baik kalau
mereka sempat mengkonstruksi pemahamannya sendiri. Hal ini didasarkan atas tiga
hal yaitu: (1) pengetahuan tidak diterima secara pasif, melainkan dikonstruksi
sendiri oleh siswa, (2) siswa mengkonstruksi pengetahuan matematika melalui
keaktifan baik fisik maupun mental, dan (3) belajar itu mencerminkan suatu
proses sosial dimana siswa terlibat dalam dialog atau diskusi pada saat mereka
mengembangkan intelektualnya. Perlu ditekankan bahwa walaupun siswa diberi
kesempatan untuk mengkonstruksi suatu konsep dengan caranya sendiri sebagai
suatu individu namun dalam pembelajaran di kelas, siswa tetap diarahkan untuk
berinteraksi dengan siswa lainnya, misalnya melalui kegiatan kelompok atau
kegiatan belajar berpasangan sehingga pada diri siswa tetap terjalin kerjasama
di antara siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar