Sementara kita batasi pembicaraan
alat evaluasi ini pada tes saja, karena hal ini akan
lebih banyak dijumpai dan dilaksanakan
pada kehidupan sehari-hari sebagai seorang guru matematika. Disamping itu,
pembicaraan mengenai alat evaluasi non-tes kriterianya banyak sejalan dengan
alat evaluasi tes, sehingga jika telah dibicarakan mengenai tes dapat pula
diterapkan pada evaluasi non-tes.
1. Tes
kecepatan (speed test)
Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes dalam hal kecepatan
berpikir (kognitif) atau keterampilan, baik yang bersifat spontanitas (logic)
maupun hapalan dan pemahaman dalam mata pelajaran yang telah dipelajarinya.
Waktu yang disediakan untuk menjawab atau menyelesaikan seluruh materi tes ini
relative singkat dibandingkan dengan tes lainnya, sebab yang lebih diutamakan
adalah waktu yang minimal dan dapat mengerjakan tes itu sebanyak-banyaknya
dengan baik dan benar, cepat dan tepat penyelesaiannya.
Tes yang termasuk katagori tes kecepatan adalah :
a. Tes
intelegensi
Dalam hal ini testi dituntut untuk
mengerjakan soal tes sebanyak-banyaknya dengan benar dalam waktu yang relative
singkat. Biasanya untuk waktu yang disediakan soal-soal tes intelegensi tidak
dapat diselesaikan seluruhnya dengan benar.
b. Tes
keterampilan bongkar pasang suatu alat, misalnya senjata api atau alat peraga
matematika.
Dalam hal ini kecepatan dan kebenaran
membongkar dan memasangkan kembali setiap komponen alat tersebut yang dilakukan
oleh testi yang akan dievaluasi. Hasil evaluasi akan baik jika membongkar dan
memasang kembali alat itu benar dan dalam waktu yang minimal.
2. Tes
kemampuan (power test)
Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi testi dalam mengungkapkan
kemampuannya (dalam bidang tertentu) dengan tidak dibatasi secara ketat oleh
waktu yang disediakan. Kemampuan yang dievaluasi bisa berupa kognitif maupun
psikomotorik.
Jika seorang guru matematika memberikan tes susulan (perbaikan) kepada
seorang siswa untuk mengerjakan tugas untuk mengerjakan soal di suatu ruangan
tertentusehingga siswa tersebut tidak mungkin untuk berbuat sesuatuyang
mengakibatkan hasil tes bias (misalnya melihat catatan, dibantu oleh orang
lain), kemudian guru tersebut mengatakan bahwa kalau sudah selesai diserahkan,
tanpa batas waktu, tes tersebut bisa dikatagorikan ke dalam tes kemampuan.
Seorang mahasiswa yang diberikan tes, tetapi tes tersebut boleh dikerjakan di
rumah (take home), tes tersebut
termasuk juga katagori tes kemampuan.
Soal-soal tes kemampuan biasanya relative sukar, menyangkut berbagai
konsep atau pemecahan masalah dan menuntut peserta tes untuk mencurahkan segala
kemampuannya, menyangkut daerah kognitif analisis, sintesis dan evaluasi.
3. Tes
pencapaian (archievement test)
Tes ini dimaksudkan untuk mengevaluasi hal yang telah diperoleh dalam
suatu kegiatan. Tes Hasil Belajar (THB), baik itu tes harian (formatif) maupun
tes akhir semester atau Ebtanas (sumatif) bertujuan untuk mengevaluasi hasil
belajar setelah mengikuti kegiatan belajar-mengajar dalam suatu kurun waktu
tertentu. Dengan demikian, tes tersebut termasuk tes katagori perolehan.
4. Tes
kemajuan belajar (assessment test)
Tes kemajuan
belajar disebut juga tes perolehan. Sulit dibedakan antara tes pencapaian
dengan tes perolehan sebab keduanya banyak kesamaan. Perbedaannya terletak pada
hal berikut, yaitu tes pencapaian tidak mempersoalkan sebelum kegiatan beljar
mengajar dilakukan, yang penting adalah hasil belajar setelah kegiatan
dilakukan. Sedangkan tes perolehan belajar meninjau pula kondisi (keadaan)
sebelum kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan. Dilakukan tes awal (pre test),yaitu tes yang dilakukan
sebelum kegiatan belajar mengajar untuk mengetahui kondisi awal testi, dan tes
akhir (post tes) sebagai test
pencapaian. Keduanya disebut tes perolehan atau tes kemajuan belajar. Kedua tes
tersebut dimaksudkan untuk mengefaluasi perbedaan (kemajuan) antara kondisi
awal sebelum kegiatan belajar mengajar dilakukan dan kondisi akhir setelah
kegiatan itu dilaksanakan. Perbedaan itu disebut perolehan (gains) siswa dalam belajar.
5. Tes
diagnostic (diagnostic test)
Diagnostic mengandung makna mendiagnosis yang berarti mencari,
menyelidiki, atau meneliti penyebab dari sesuatu hal yang muncul. Seorang
dokter menanyai hal-hal yang dialami dan dirasakan oleh pasiennya, kemudian
memeriksa keadaan fisik pasien tersebut dimaksudkan untuk mencari penyebab dari
penyakit yang dideritanya. Kegiatan ini disebut mendiagnosis penyakit pasien
itu.
Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar matematika, tes
diagnostic berarti tes yang dilakukan oleh guru yang dimaksudkan untuk mencari
dan meneliti kekuatan dan hambatan siswa dalam memahami materi pelajaran yang
disajikan. Tes formatif, baik lisan, tertulis, atau perbuatan yang dilakukan
guru selama atau sesudah KBM bisa dimaksudkan kedalam kelompok tes diagnostic
jika pelaksanaannya mengandung unsure-unsur mendiagnosis. Pada kenyataannya
dilapangan (sekolah) tes diagnostic tersebut sering dilakukan dalam KBM
matematika, tidak dibuat dan dilakukan secara khusus mengingat program
pengajaran matematika yang materinya cukup padat, alokasi waktu dan kondisi
lainnya yang serba terbatas.
6. Tes formatif
Formatif berasal dari kata form
yang berarti bentuk. Dari akar pengertian tersebut, tes formatif dimaksudkan
untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk (kognitif, afektif, dan
psikomotorik) setelah mengikuti suatu program tertentu, dalam hal ini program
pengajaran. Jika dibandingkan dengan tes diagnostic, tes formatif ini bisa
berfungsi sama. Jadi dapat dipandang sebagai tes diagnostic yang dilaksanakan
pada akhir pelajaran, dan karena dilaksanakan pada akhir pelajaran maka ia
dapat pula dipandang sebagai tes akhir (post
test).
Dalam pelaksanaan KBM matematika di sekolah tes formatif ini lebih
dikenal dengan istilah tes (ulangan) harian. Meskipun agak menyimpang dari
tujuan semula sering kali hasil dari tes formatif ini digunakan sebagai bahan
untuk mendiagnostik dan pertimbangan penentuan nilai akhir.
Manfaat lain dari tes formatif ini adalah :
a. Untuk
mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang disajikan
dalam KBM.
b. Sebagai
penguatan (reinforcement) bagi siswa.
Dengan hasil tes formatif yang rata-ratanya baik bisa menambah motivasi belajar
(penguatan positif). Sebaliknya bagi siswa yang mendapat nilai kurang baik bisa
menyadarkan dan memacu dirinya untuk belajar lebih rajin lagi (penguatan
negative).
c. Sebagai
diagnosis. Sesuai dengan tujuan semula dilaksanakannya tes formatif, tes ini
dapat digunakan untuk mengetahui konsep mana yang belum dikuasai siswa atau
mendapat kesulitan belajar dari materi yang disajikan.
d. Sebagai
balikan (feed back) bagi guru. Apakah
ia telah berhasil mengajar atau belum, apakah ia terlalu cepat menyajikan bahan
atau sebaliknya, apakah metode dan pendekatan yang digunakan tepat atau belum,
dan sebagainya.
7. Tes sumatif
Istilah sumatif berasal dati kata “sum”
yang berarti jumlah. Dengan demikian tes sumatif berarti tes yang ditujukan
untuk mengetahui penguasan siswa dalam sejumlah meteri pelajaran (pokok
bahasan) yang telah dipelajari. Pengertian sejumlah berkonotasi banyak,
sehingga tes sumatif ruang lingkup materinya cukup banyak (luas) terdiri dari
beberapa pokok bahasan. Istilah sehari-hari di sekolah, tes sumatif ini sering
disebut tes akhir semester (caturwulan untuk SD) atau EBTA/EBTANAS atau ujian
akhir. Tes sumatif yang dilaksanakan meliputi beberapa pokok bahasan sebelum
tes sumatif pada akhir semester disebut tes subsumatif atau tes unit. Sesuai
dengan pengertian dan tujuan tes sumatif di atas, menfaat yang dapat dipetik
dalam pelaksanaan tes sumatif tersebut adalah:
a. Untuk
menentukan nilai atau prestasi siswa dalam mata pelajaran tertentu. Jika
komponen lain turut menentukan nilai akhir, maka bobot nilai tes sumatif ini
paling besar.
b. Sebagai
alat untuk menentukan prakiraan (prediction).
Dengan tes ini seorang siswa dapat
diperkirakan apakah dapat mengikuti program berikutnya atau tidak. Hasil tes
akhir semester atau EBTA/EBTANAS digunakan oleh guru atau para ahli pendidikan
untuk menentukan apakah siswa yang bersangkutan dapat mengikuti program
pengajaran yang diberikan pada tingkat kelas atau sekolah diatasnya. Hal ini
dapat dilihat bahwa system penerimaan siswa baru di SLTP dan SLTA melalui Nilai
EBTANAS Murni (NEM).
c. Sebagai
laporan kemajuan (nilai rapor/STTB) Yang akan berguna bagi orang tua, guru
bimbingan-penyuluh, pihak lain, dan siswa itu sendiri.
thanks for your article. :) it helps me very much. :)
BalasHapusYou're welcome.. :)
BalasHapusApa manfaat tes kecepatan kan kalo yang diatas itu tujuannya
BalasHapus