Rabu, 30 Mei 2012

JENIS TES MENURUT TUJUANNYA


Sementara kita batasi pembicaraan alat  evaluasi  ini pada tes saja, karena hal ini akan lebih  banyak dijumpai dan dilaksanakan pada kehidupan sehari-hari sebagai seorang guru matematika. Disamping itu, pembicaraan mengenai alat evaluasi non-tes kriterianya banyak sejalan dengan alat evaluasi tes, sehingga jika telah dibicarakan mengenai tes dapat pula diterapkan pada evaluasi non-tes.
1.       Tes kecepatan (speed test)
Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes dalam hal kecepatan berpikir (kognitif) atau keterampilan, baik yang bersifat spontanitas (logic) maupun hapalan dan pemahaman dalam mata pelajaran yang telah dipelajarinya. Waktu yang disediakan untuk menjawab atau menyelesaikan seluruh materi tes ini relative singkat dibandingkan dengan tes lainnya, sebab yang lebih diutamakan adalah waktu yang minimal dan dapat mengerjakan tes itu sebanyak-banyaknya dengan baik dan benar, cepat dan tepat penyelesaiannya.
Tes yang termasuk katagori tes kecepatan adalah :
a.       Tes intelegensi
Dalam hal ini testi dituntut untuk mengerjakan soal tes sebanyak-banyaknya dengan benar dalam waktu yang relative singkat. Biasanya untuk waktu yang disediakan soal-soal tes intelegensi tidak dapat diselesaikan seluruhnya dengan benar.
b.      Tes keterampilan bongkar pasang suatu alat, misalnya senjata api atau alat peraga matematika.
Dalam hal ini kecepatan dan kebenaran membongkar dan memasangkan kembali setiap komponen alat tersebut yang dilakukan oleh testi yang akan dievaluasi. Hasil evaluasi akan baik jika membongkar dan memasang kembali alat itu benar dan dalam waktu yang minimal.
2.       Tes kemampuan (power test)
Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi testi dalam mengungkapkan kemampuannya (dalam bidang tertentu) dengan tidak dibatasi secara ketat oleh waktu yang disediakan. Kemampuan yang dievaluasi bisa berupa kognitif maupun psikomotorik.
Jika seorang guru matematika memberikan tes susulan (perbaikan) kepada seorang siswa untuk mengerjakan tugas untuk mengerjakan soal di suatu ruangan tertentusehingga siswa tersebut tidak mungkin untuk berbuat sesuatuyang mengakibatkan hasil tes bias (misalnya melihat catatan, dibantu oleh orang lain), kemudian guru tersebut mengatakan bahwa kalau sudah selesai diserahkan, tanpa batas waktu, tes tersebut bisa dikatagorikan ke dalam tes kemampuan. Seorang mahasiswa yang diberikan tes, tetapi tes tersebut boleh dikerjakan di rumah (take home), tes tersebut termasuk juga katagori tes kemampuan.
Soal-soal tes kemampuan biasanya relative sukar, menyangkut berbagai konsep atau pemecahan masalah dan menuntut peserta tes untuk mencurahkan segala kemampuannya, menyangkut daerah kognitif analisis, sintesis dan evaluasi.
3.       Tes pencapaian (archievement test)
Tes ini dimaksudkan untuk mengevaluasi hal yang telah diperoleh dalam suatu kegiatan. Tes Hasil Belajar (THB), baik itu tes harian (formatif) maupun tes akhir semester atau Ebtanas (sumatif) bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar setelah mengikuti kegiatan belajar-mengajar dalam suatu kurun waktu tertentu. Dengan demikian, tes tersebut termasuk tes katagori perolehan.
4.       Tes kemajuan belajar (assessment test)
Tes kemajuan belajar disebut juga tes perolehan. Sulit dibedakan antara tes pencapaian dengan tes perolehan sebab keduanya banyak kesamaan. Perbedaannya terletak pada hal berikut, yaitu tes pencapaian tidak mempersoalkan sebelum kegiatan beljar mengajar dilakukan, yang penting adalah hasil belajar setelah kegiatan dilakukan. Sedangkan tes perolehan belajar meninjau pula kondisi (keadaan) sebelum kegiatan belajar-mengajar dilaksanakan. Dilakukan tes awal (pre test),yaitu tes yang dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar untuk mengetahui kondisi awal testi, dan tes akhir (post tes) sebagai test pencapaian. Keduanya disebut tes perolehan atau tes kemajuan belajar. Kedua tes tersebut dimaksudkan untuk mengefaluasi perbedaan (kemajuan) antara kondisi awal sebelum kegiatan belajar mengajar dilakukan dan kondisi akhir setelah kegiatan itu dilaksanakan. Perbedaan itu disebut perolehan (gains) siswa dalam belajar.
5.       Tes diagnostic (diagnostic test)
Diagnostic mengandung makna mendiagnosis yang berarti mencari, menyelidiki, atau meneliti penyebab dari sesuatu hal yang muncul. Seorang dokter menanyai hal-hal yang dialami dan dirasakan oleh pasiennya, kemudian memeriksa keadaan fisik pasien tersebut dimaksudkan untuk mencari penyebab dari penyakit yang dideritanya. Kegiatan ini disebut mendiagnosis penyakit pasien itu.
Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar matematika, tes diagnostic berarti tes yang dilakukan oleh guru yang dimaksudkan untuk mencari dan meneliti kekuatan dan hambatan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disajikan. Tes formatif, baik lisan, tertulis, atau perbuatan yang dilakukan guru selama atau sesudah KBM bisa dimaksudkan kedalam kelompok tes diagnostic jika pelaksanaannya mengandung unsure-unsur mendiagnosis. Pada kenyataannya dilapangan (sekolah) tes diagnostic tersebut sering dilakukan dalam KBM matematika, tidak dibuat dan dilakukan secara khusus mengingat program pengajaran matematika yang materinya cukup padat, alokasi waktu dan kondisi lainnya yang serba terbatas.
6.       Tes formatif
Formatif berasal dari kata form yang berarti bentuk. Dari akar pengertian tersebut, tes formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk (kognitif, afektif, dan psikomotorik) setelah mengikuti suatu program tertentu, dalam hal ini program pengajaran. Jika dibandingkan dengan tes diagnostic, tes formatif ini bisa berfungsi sama. Jadi dapat dipandang sebagai tes diagnostic yang dilaksanakan pada akhir pelajaran, dan karena dilaksanakan pada akhir pelajaran maka ia dapat pula dipandang sebagai tes akhir (post test).
Dalam pelaksanaan KBM matematika di sekolah tes formatif ini lebih dikenal dengan istilah tes (ulangan) harian. Meskipun agak menyimpang dari tujuan semula sering kali hasil dari tes formatif ini digunakan sebagai bahan untuk mendiagnostik dan pertimbangan penentuan nilai akhir.
Manfaat lain dari tes formatif ini adalah :
a.       Untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang disajikan dalam KBM.
b.      Sebagai penguatan (reinforcement) bagi siswa. Dengan hasil tes formatif yang rata-ratanya baik bisa menambah motivasi belajar (penguatan positif). Sebaliknya bagi siswa yang mendapat nilai kurang baik bisa menyadarkan dan memacu dirinya untuk belajar lebih rajin lagi (penguatan negative).
c.       Sebagai diagnosis. Sesuai dengan tujuan semula dilaksanakannya tes formatif, tes ini dapat digunakan untuk mengetahui konsep mana yang belum dikuasai siswa atau mendapat kesulitan belajar dari materi yang disajikan.
d.      Sebagai balikan (feed back) bagi guru. Apakah ia telah berhasil mengajar atau belum, apakah ia terlalu cepat menyajikan bahan atau sebaliknya, apakah metode dan pendekatan yang digunakan tepat atau belum, dan sebagainya.   
7.       Tes sumatif
Istilah sumatif berasal dati kata “sum” yang berarti jumlah. Dengan demikian tes sumatif berarti tes yang ditujukan untuk mengetahui penguasan siswa dalam sejumlah meteri pelajaran (pokok bahasan) yang telah dipelajari. Pengertian sejumlah berkonotasi banyak, sehingga tes sumatif ruang lingkup materinya cukup banyak (luas) terdiri dari beberapa pokok bahasan. Istilah sehari-hari di sekolah, tes sumatif ini sering disebut tes akhir semester (caturwulan untuk SD) atau EBTA/EBTANAS atau ujian akhir. Tes sumatif yang dilaksanakan meliputi beberapa pokok bahasan sebelum tes sumatif pada akhir semester disebut tes subsumatif atau tes unit. Sesuai dengan pengertian dan tujuan tes sumatif di atas, menfaat yang dapat dipetik dalam pelaksanaan tes sumatif tersebut adalah:
a.       Untuk menentukan nilai atau prestasi siswa dalam mata pelajaran tertentu. Jika komponen lain turut menentukan nilai akhir, maka bobot nilai tes sumatif ini paling besar.
b.      Sebagai alat untuk menentukan prakiraan (prediction).
Dengan tes ini seorang siswa dapat diperkirakan apakah dapat mengikuti program berikutnya atau tidak. Hasil tes akhir semester atau EBTA/EBTANAS digunakan oleh guru atau para ahli pendidikan untuk menentukan apakah siswa yang bersangkutan dapat mengikuti program pengajaran yang diberikan pada tingkat kelas atau sekolah diatasnya. Hal ini dapat dilihat bahwa system penerimaan siswa baru di SLTP dan SLTA melalui Nilai EBTANAS Murni (NEM).
c.       Sebagai laporan kemajuan (nilai rapor/STTB) Yang akan berguna bagi orang tua, guru bimbingan-penyuluh, pihak lain, dan siswa itu sendiri.

3 komentar: